Senin, 17 Februari 2014 - 15:28:45 WIB
Harus Mampu Menjaga Lisan
Diposting oleh : Tabiin, SE, S.Kom, MM.
Kategori: Bag. Kemahasiswaan - Dibaca: 262253 kali

Ada  sebuah  ungkapan  yang  berbunyi  “Luka  karena  tersayat  pedang  akan  meninggalkan  bekas  luka  dan  nantinya  itu  akan  sembuh,  tetapi  luka  karena  lidah  (ucapan)  akan  diingat  sampai  mati  karena  meninggalkan  luka di  hati.”  Sebuah  ungkapan  yang  benar  adanya,  yang  menggambarkan  bagaimana  bahayanya  ucapan  seseorang.  Ucapan  yang salah  akan  membuat orang  merasa  sakit  hati,  nah  begitulah  dilematika  kehidupan.

Seorang wirausahawan yang sejati  tidak  akan  melukai  para  pekerjanya dengan  ucapan  sehingga  tidak  membuat  para  karyawan  sakit  hati.  Melukai dengan  ucapan,  apalagi  di  muka  umum  tidak  akan  memberikan  pelajaran bagi  karyawan  yang  bekerjasama  dengan  Anda  karena  sama  halnya  dengan merendahkan  harga  diri  mereka  di  mata  publik.  Seorang wirausahawan  sejati  tidak  akan  melakukan  tembakan  dari  bibir  sehingga  tidak  akan  menjadikan  para  karyawannya  merasa  sakit  hati  karena  tindakannya.

Seorang  wirausahawan  sejati  akan  mengajarkan  dan  mendidik  para karyawan  ketika  mereka  membuat  kesalahan  dalam  melakukan  pekerjaan sehingga  mereka  akan  mendapatkan  pembelajaran.  Akan  tetapi,  jika  Anda menghina  dan  merendahkan  mereka  atas  pekerjaan  mereka  justru  itulah yang  kelak  menjadi  masalah.

Seorang  pemenang  akan  selalu  memikirkan  dan  memperhitungkan setiap  ucapan  yang  mereka  lontarkan  sehingga  tidak  ada  kesalahpahaman yang terjadi,  dan  ia  pun  akan  dihargai  oleh  orang  lain.  Untuk  itulah,  perhatikan  ucapan  Anda  sebelum  berkata-kata  kepada  siapa  saja  karena  ucapan yang salah  akan  menyebabkan  konflik.

Bekerjalah  secara  profesional  dan  penuh  dengan  perhitungan  sehingga  tidak  akan  terjadi  tindakan  yang  tidak  Anda  inginkan.  Jangan  sampai terjadi  konflik  di  antara  kalian  karena  ucapan.  Untuk  lebih  membuat  Anda paham  akan  konsep  lidah  lebih  tajam  daripada  pedang,  sebaiknya  Anda membaca sebuah kisah tentang “Paku dan Amarah” yang akan mengubah paradigma anda sehingga akan menjadikan diri anda untuk lebih baik.

Kisahnya  sebagai  berikut.

Paku  &  Amarah

Suatu  ketika  hiduplah  sebuah  keluarga  baru  yang  bahagia.  Dan  hasil pernikahan  suami-istri  tersebut  kemudian  lahirlah  seorang  anak  laki-laki. Setelah  beranjak  dewasa  alangkah  kagetnya  kedua  orang  tua  anak  kecil, karena  sang  anak  laki-lakinya  bersifat  temperamen  yang  mudah  marah dan  tersinggung.  Berbagai  hal  telah  mereka  lakukan  untuk  mengobatinya, sampai  suatu  ketika  kedua  orang  tuanya  memutuskan  untuk  mendidik anaknya  di  rumah  saja,  tentunya  dengan  penuh  kasih  sayang.

Suatu  ketika,  sang  ayah  menasihati  si  anak  untuk  bisa  mengurangi kebiasaan  marahnya  tersebut.  Untuk  itu,  sang  ayah  memberikan sekantong paku  dan  mengatakan  pada  anak  itu  untuk  memakukan  sebuah  paku  di pagar  belakang  setiap  kali  dia  marah,  untuk  melampiaskan  kemarahan yang  dialami  anak  tersebut.  Anak  tersebut  menuruti  kata-kata  orang  tuanya.

Hah  pertama,  anak  itu  telah  memakukan  48  paku  ke  pagar.  Sampai suatu  ketika  si  anak  mulai  menyadari  bahwa  melampiaskan  kemarahannya dengan  memaku  tidaklah  bermanfaat  apa-apa.  Dan  mulai  sejak  kejadian paku  memaku  tersebut  ia  mulai  menahan  amarahnya  dengan  ketenangan.

Dia  mendapati  bahwa  ternyata  lebih  mudah  menahan  amarahnya  daripada memakukan  paku  ke  pagar.  Akhirnya  tibalah  hari  di  mana  anak  tersebut merasa  sama  sekali  bisa  mengendalikan  amarahnya.  Dia  memberitahukan hal  ini  kepada  ayahnya  yang  kemudian  mengusulkan  agar  dia  mencabut satu  paku  untuk  setiap  hari  di  mana  dia  tidak  marah.

Setelah  kejadian  tersebut,  sang  anak  pun  merasa  bahwa  ia  telah berangsur-angsur  membaik.  ia  memberitahukan  kepada  ayahnya  bahwa semua  paku  telah  tercabut  olehnya.  Alangkah  senangnya  hati  sang  ayah mendengar  penuturan  dari  sang  anak.  Dengan  bijaksana,  sang  ayah  pun mengajak  anaknya  ke  belakang  tentunya  dengan  menuntun  anaknya  ke Pagar.  Sampai  di  pagar  tempat  si  anak  memaku,  sang  ayah  pun  berkata, lihatlah,  Nak…kini  kamu  telah  berhasil  dengan  baik,  tapi  lihatlah  lubang-lubang di  pagar  ini.

Pagar  ini  tidak  akan  pernah  bisa  sama  seperti  sebelumnya.  “Ketika kamu  mengatakan  sesuatu  dalam  kemarahan.  Kata-katamu  meninggalkan bekas  seperti  lubang  ini…  di  hati  orang  lain.”  Mendengar  penuturan  perkataan  ayahnya  si  anak  pun  menjadi  sadar  dan  menyesal  karena  melakukan hal-hal  yang  sesungguhnya  tidak  perlu  ia  lakukan,  ia  berpikir  sudah  berapa orang  yang  tersakiti  karena  ucapan  dan  kemarahannya  selama  ini.

Kisah  di  atas  mengisyaratkan  kepada  kita  bahwasanya  sebuah  lisan amatlah  penting  untuk  dijaga.  Berawal  dari  perkataan  biasanyalah  yang memicu  permusuhan,  pertikaian,  dan  lain  sebagainya.  Untuk  itu,  mulai sekarang  berhati-hatilah  dalam  berucap.  Ingatlah  ungkapan  “luka  tersayat pedang  akan  sakit  ketika  darah  sedang  mengalir,  sedangkan  luka  karena ucapan  akan  diingat  sampai  mati”

Seorang  wirausahawan  yang  cerdas  adalah  orang  yang  mampu  menahan  amarahnya  dan  mampu  berkata  penuh  dengan  perhitungan.  Hal  ini disebabkan  seorang  wirausahawan  akan  selalu  berhadapan  dengan  para karyawan  dan  customer.  Sekali  Anda  berucap  dengan  kata-kata  yang salah akan  melukai  hati  orang  lain.  Jika  karyawan,  akan  membuatnya  sakit  hati dan  mungkin  akan  keluar  dari  perusahaan.  Jika  seorang  customer,  ia  tidak akan  membeli  barang  atau  jasa  yang  Anda  jual.

Sumber : kisahsukses.info